Ada sebuah pertanyaan menarik dari seorang peserta "Entrepreneur
University" angkatan ketiga saat mengikuti kuliah perdana pekan lalu.
"Saya begitu banyak sekali ide bisnis, tapi nyatanya tak ada satu pun ide
bisnis itu terealisir. Akibabnya, saya hanya sekadar kaya ide, tapi bisnis tak
ada?", tanya peserta yang kebetulan ibu-rumah tangga itu.
Saya kira, pertanyaan atau kejadian seperti itu tak hanya dialami oleh
ibu tadi, tapi juga cukup banyak dialami oleh kita semua, bahwa yang namanya
ide bisnis itu ada-ada saja. Tapi, yah hanya sekadar ide bisnis, sementara
bisnisnya nol atau tak terwujud sama sekali. Terkadang ide yang tidak kita
realisir justru sudah dicoba lebih dulu oleh orang lain. Dalam konteks ini,
saya berpendapat, sebenarnya untuk membuat bisnis, memang dibutuhkan ide. Hanya
saja, karena kita hanya kaya ide, namun miskin keberanian untuk mencobanya,
maka yang berkembang adalah idenya, sedang bisnisnya nol.
Menurut saya, miskinnya keberanian itu bermula ketika kita mendapat
pendidikan di sekolah atau di bangku kuliah, yang kita dapat hanyalah teori
semata. Jadi, kita terlalu banyak berteori, tapi miskin praktek. Akibatnya,
ketika kita kaya ide, miskin keberanian. Artinya, kalau kita hanya menguasai
teori, namun kalau tidak bisa dipraktekkan, maka ide bisnis sehebat apapun akan
sulit jadi kenyataan. Yah, seperti halnya, kita belajar setir mobil. Kalau kita
hanya tahu teorinya, tapi tak pernah mencoba atau mempraktekkannya, tentu tetap
tidak bisa setir mobil.
Jadi, saya kira, persoalannya adalah terletak pada, bagaimana kita yang
semula hanya kaya teori atau hanya sekadar bermain logika atau istilah lainnya
hanya mengandalkan otak kiri, kemudian bisa berpikir atau bertindak dengan otak
kanan, Saya yakin, jika kita mampu juga menggunakan otak kanan, maka seperti
pada saat kita setir mobil. Serba otomatis, tidak lagi harus dipikir, semua
sudah di bawah sadar kita.
Kalau pun, di saat kita praktek setir mobil atau mempraktekkan teori kita
itu, terjadi berbagai kendala, seperti: di saat kita memasukkan mobil ke
garasi, mobil kita sedikit rusak karena nyenggol pagar misalnya, saya kira
nggak masalah. Begitu juga, ketika kita kecil belajar bersepeda, mengalami
jatuh beberapa kali, itu sudah biasa. Tapi, akhirnya, bisa juga kita naik
sepeda. Artinya, kita baru bisa naik sepeda setelah pernah mengalami jatuh
beberapa kali.
Di bisnis, saya kira itu juga sama. Kita harus ada keberanian untuk jatuh
dan bangun. Sebaliknya, kalau tidak ada keberanian seperti itu, bisnis sekecil
apapun tak akan ada. Dan, kalau kita biarkan ide bisnis itu, akibatnya kita
hanya kaya ide bisnis, tapi miskin duitnya. Saya yakin, engan keberanian itulah
akan mendatangkan duit. Oleh karena itulah, menurut hemat saya, lebih baik kita
berani mencoba dan gagal dari pada gagal mencoba. Anda berani mencoba?
Disclaimer:
Berikut adalah kumpulan tulisan yang dibuat oleh salah satu motivator bisnis yang berhasil meng"kompori" banyak orang di Negeri ini untuk menjadi seorang enterpreneur; saya adalah salahsatunya :)
beliau adalah Purdi E.Chandra yang dikenal sebagai pendiri bimbingan belajar Primagama Group and penulis/motivator untuk seminar CARA GILA MENJADI PENGUSAHA.
Artikel ter'onggok' di hardisk saya yang coba saya bagi dengan teman-teman tanpa bermaksud untuk menjadi plagiat (ndak tau dimana dapetnya dulu :(). Inti dari tulisan ini lah yang ingin saya bagi dengan teman-teman semua. Semoga bermanfaat.
Berikut adalah kumpulan tulisan yang dibuat oleh salah satu motivator bisnis yang berhasil meng"kompori" banyak orang di Negeri ini untuk menjadi seorang enterpreneur; saya adalah salahsatunya :)
beliau adalah Purdi E.Chandra yang dikenal sebagai pendiri bimbingan belajar Primagama Group and penulis/motivator untuk seminar CARA GILA MENJADI PENGUSAHA.
Artikel ter'onggok' di hardisk saya yang coba saya bagi dengan teman-teman tanpa bermaksud untuk menjadi plagiat (ndak tau dimana dapetnya dulu :(). Inti dari tulisan ini lah yang ingin saya bagi dengan teman-teman semua. Semoga bermanfaat.
Blogger Comment
Facebook Comment