Prospek Investasi di Property

Dalam situasi instabilitas kondisi ekonomi akibat pengaruh kondisi politik dan kemanan nasional, yang perlu kita tingkatkan dalam pengambilan keputusan investasi adalah aspek kehatian-hatian (prudently decision).

Pertanyaan apakah investasi properti lebih aman dibandingkan dengan lainnya, tentunya tidak bisa dijawab hanya dengan perspektif investasi properti saja. 


Pilihan investasi lainpun perlu dipertimbangkan pula. Seperti telah banyak diketahui, orang secara pribadi dalam berinvestasi memiliki pilihan antara lain tabungan atau deposito, properti, saham, mata uang (valas) dan instrumen investasi lainnya. Dari pilihan investasi tersebut, tabungan dan deposito masih memiliki rating tertinggi untuk menjadi pilihan orang menanamkan uangnya.

Pertimbangan utama adalah tabungan dan deposito relatif memiliki tingkat resiko yang lebih rendah. Baru kemudian menyusul properti dan instrumen investasi lainnya.

Bila ingin investasi di properti, maka tingkat keamanan investasi yang perlu dipertimbangkan adalah :

1.Pilihan produk investasi properti yang tepat. Properti memiliki pilihan yang beragam, mulai dari tanah, rumah, atau apartemen. Pilihan investasi tanah relatif lebih banyak dipilih oleh investor perseorangan. Hal ini disebabkan karena kenaikan nilai properti kontribusi terbesar dari kenaikan harga tanahnya.

Selain itu, investasi tanah tidak memiliki resiko biaya berupa holding cost berupa biaya pemeliharaan dan perawatan. Berbeda kalau pilihan investasi berupa rumah atau apartemen yang kita harus menanggung holding cost yang ada.

2.Pilihan lokasi properti yang tepat.Lokasi merupakan satu faktor utama dalam pertimbangan investasi properti. Di dalam faktor lokasi ini, sudah teragregat unsur-unsur tingkat daya tarik lokasi (attractiveness) bagi konsumen, tingkat daya jual (marketability) di pasar, tingkat kenaikan nilai (value increase) dan tingkat kontinuitas (sustainability) dari kinerja lokasi tersebut.

Mungkin kita pernah menemukan bahwa lokasi tersebut memiliki attractiveness, value increase dan marketability baik, tetapi itu tidak berlangsung lama karena adanya faktor lainnya yang berpengaruh, seperti kebijakan pemerintah, peraturan dan faktor lainnya.

3.Pilihan kualitas produk yang tepat.Setiap properti dalam ragam jenisnya memiliki kualitas yang beragam. Tentunya, properti dengan kualitas baik akan lebih berprospek dibandingkan yang memiliki kualitas kurang baik. Apa sana kriteria umum bahwa suatu produk properti itu memiliki kualitas baik, antara lain adalah spesifikasi konstruksi bangunan, desain arsitektur, kredibilitas pengembang, lokasi yang baik, dan tingkat kenaikan harga yang terjadi dalam rentang waktu tertentu.

Kenaikan harga rumah lebih disebabkan oleh dua faktor, yaitu (1) faktor internal dan (2) faktor eksternal.

Faktor internal dipengaruhi oleh :

  • Perawatan terhadapat property yang kita miliki. Property 'investasi' seperti rumah tinggal biasanya dibiarkan kosong tidak berpenghuni dan dibiarkan tidak terawat baik bagian dalam maupun luar tempat tinggal kita. pada saat kita ingin menjualnya biasanya kita tidak ingin memperbaik kondisi tersebut dan dijual sebagai mana apa adanya. Hal ini tentu akan mempengaruhi nilai jual dar rumah anda tersebut.
  • Perkembangan wilayah dimana property kita berada. Contoh - 3 tahun lalu tanah di sekitar exit pintu keluar tol cikampek cukup tinggi karena sebagai muara kendaraan yang menggunakan jalur utara atau selatan ke wilayah jawa tengah. Namun, semenjak dipastikannya akan ada jalan tol yang menghubungkan Cikampek dengan Cirebon membuat harga tanah disekitar daerah tersebut agak stagnan bila tidak ingin dikatakan turun.
  • Motivasi penjual property - bila rumah tersebut adalah milik bersama dan keluarga ini akan bercerai, maka biasanya mereka ingin secepat mungkin menjual rumah tersebut hal ini memungkinkan nilai jual rumah tersebut akan berpengaruh karena dengan motivasi yang berbeda dari penjualnya.
Faktor eksternal dapat dipengaruhi oleh :
  • Kenaikan harga rumah bersubsidi, yaitu rumah kelas menengah bawah. Kondisi ini disebabkan kondisi keuangan negara yang sulit sehingga memaksa pemerintah untuk mengurangi dan bahkan menghapus subsidi-subsidi sektor perumahan yang sebelumnya diberikan, misalkan subsidi KPR dan subsidi pembiayaan rumah pegawai negri.
  • Kenaikan komponen bangunan yang lebih dipengaruhi oleh kenaikan faktor-faktor produksi bahan bangunan seperti bahan bakar, biaya perangkutan, biaya produksi/pengolahan dan lain-lain.
  • Kondisi makro ekonomi yang memburuk seperti dicirikan dengan tingkat inflasi yang meningkat dan pengetatan anggaran pembangunan negara yang berimplikasi kepada tertundanya berbagai proyek-proyek infrastruktur dan utilitas yang tentunya menghambat pula realisasi pembangunan rumah.
  • Kelangkaan pendanaan, baik untuk investasi maupun untuk pembelian rumah oleh konsumen. Hal ini disebakan kinerja perbankan saat ini yang memburuk ditengarai oleh indikasi negatif spread akibat kenaikan SBI oleh Bank Indonesia untuk menghambat penurunan kurs Rupiah di pasar.
Share on Google Plus

About Unknown

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment